PAGI itu udara Jakarta masih lembap setelah hujan dini hari, namun suasana di Kompleks Istana Kepresidenan justru terasa lebih tegang.
Karena di balik pintu rapat, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto baru saja memberi kabar tentang kelanjutan perundingan dagang Indonesia dengan Amerika Serikat.
Kabar itu bukan sekadar rutinitas diplomatik, melainkan cerita tentang posisi tawar dua negara yang kerap menguji kesabaran.
ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT
Indonesia berusaha mempertahankan kepentingannya, sementara Amerika dengan lantang menuntut konsesi.
Tarik Ulur Tarif dan Keseimbangan Neraca Perdagangan
Airlangga menyebut tim negosiasi Indonesia masih berada di Washington, melanjutkan pembahasan yang belum menemukan kata akhir.
“Tentu masih ada implementing agreement yang sedang dalam pembahasan, jadi tim sedang berada di Washington,” ujar Airlangga, Selasa, 9 September 2025.
Baca Juga:
Tahapan Awal Sebelum Membeli Bitcoin: Panduan untuk Pemula
Menjaga Lingkungan Tetap Sehat, Komitmen Bersama untuk Masa Depan
Anak Muda Indonesia Buktikan Karya Lokal Bisa Mendunia Lewat NobiPlay
Kesepakatan yang sedang dibicarakan bukan sekadar soal angka, melainkan juga tentang menjaga keseimbangan neraca dagang sebagaimana diinginkan pemerintah Amerika.
Untuk itu, Indonesia harus menyiapkan landasan hukum di dalam negeri, termasuk peraturan presiden yang akan menjadi payung kebijakan baru.
Empat Syarat Amerika dan Konsekuensi Bagi Indonesia
Amerika Serikat datang dengan empat syarat yang menuntut komitmen besar dari Indonesia.
Pertama, Indonesia tidak boleh menerapkan tarif apa pun untuk produk ekspor asal Amerika.
Baca Juga:
Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sukoharjo: Menjaga Keseimbangan Alam
24jamnews.com Dukung Promedia Satukan 1.000 Tim Jurnalis Daerah di 2025
Rp50 Triliun Patriot Bond Danantara Difokuskan ke Waste To Energy Nasional
Kedua, Indonesia diwajibkan membeli energi dari Amerika dengan nilai US$15 miliar atau sekitar Rp244 triliun, menggunakan kurs Rp16.271 per dolar.
Syarat ketiga adalah impor produk pertanian dari Negeri Paman Sam senilai US$4,5 miliar atau sekitar Rp73 triliun.
Terakhir, Indonesia harus membeli 50 unit pesawat Boeing, mayoritas tipe 777, yang sebagian besar direncanakan masuk ke armada Garuda Indonesia.
Menurut pengamat perdagangan internasional dari Universitas Indonesia, Fithra Faisal, syarat itu menunjukkan Amerika sedang memanfaatkan kekuatan dagangnya untuk menekan negara mitra.
“Posisi Indonesia tidak mudah, sebab di satu sisi ingin menjaga ekspor tetap tumbuh, tapi di sisi lain harus mengikuti maunya Amerika,” kata Fithra.
Nilai Perdagangan yang Berubah dan Komoditas Strategis
Airlangga mengakui bahwa nilai perdagangan kedua negara terus bergerak, tidak semua produk memiliki harga stabil, terutama komoditas yang tidak diproduksi di Amerika.
Baca Juga:
Rp168,5 Triliun Bebas Blokir, Serapan APBN 2025 Masih Sebesar 59,1 Persen
Harga Batu Bara Melemah, CSA Index September 2025 Terkoreksi
DPR Soroti Target Ekonomi RI 7 Persen, Ingatkan Masalah PHK, Utang, dan Lemahnya Konsumsi
Sebelumnya, kedua negara sudah menyepakati tarif sebesar 19 persen untuk produk Indonesia yang berlaku sejak 7 Agustus 2025.
Namun, tarif tersebut belum mencakup semua komoditas strategis, dan justru menjadi bahan negosiasi yang paling alot.
Indonesia, kata Airlangga, berupaya menjaga agar tidak seluruh produk terkena beban tinggi, sehingga ekspor utama tetap memiliki ruang bersaing.
Risiko Politik Ekonomi dan Arah Kebijakan Pemerintah
Negosiasi ini tidak hanya bicara perdagangan, tetapi juga menyangkut risiko politik ekonomi yang bisa memengaruhi arah kebijakan pemerintah Indonesia ke depan.
Jika semua syarat dipenuhi, beban belanja negara dan korporasi bisa membengkak, sementara manfaat jangka panjang masih belum pasti.
Di sisi lain, kegagalan mencapai kesepakatan bisa membuka pintu perang tarif, yang merugikan eksportir dan memperlebar defisit perdagangan.
Pengamat hubungan internasional dari CSIS, Yose Rizal Damuri, menilai strategi pemerintah harus seimbang antara kompromi dan proteksi.
“Negosiasi ini tidak boleh hanya dilihat dari sisi dagang, tetapi juga posisi geopolitik Indonesia yang semakin penting di kawasan,” ujar Yose.
Jalan Panjang Menuju Kesepakatan Resiprokal
Cerita tentang tarif resiprokal Indonesia dan Amerika belum usai, dan kemungkinan besar masih akan melewati jalan panjang penuh tarik-ulur.
Bagi Indonesia, ini adalah ujian tentang bagaimana memainkan diplomasi ekonomi, menjaga kepentingan rakyat, sekaligus tetap berdiri sejajar di meja perundingan internasional.
Seperti hujan dini hari yang meresap pelan ke tanah, hasil negosiasi ini mungkin tidak langsung terlihat, namun dampaknya bisa bertahun-tahun membentuk arah ekonomi bangsa.****
Sempatkan untuk membaca berbagai berita dan informasi seputar ekonomi dan bisnis lainnya di media Infokumkm.com dan Pangannews.com
Simak juga berita dan informasi terkini mengenai politik, hukum, dan nasional melalui media Delapannews.com dan Apakabarindonesia.com.
Informasi nasional dari pers daerah dapat dimonitor langsumg dari portal berita Harianmalang.com dan Haisumatera.com
Untuk mengikuti perkembangan berita nasional, bisinis dan internasional dalam bahasa Inggris, silahkan simak portal berita Indo24hours.com dan 01post.com.
Pastikan juga download aplikasi Hallo.id di Playstore (Android) dan Appstore (iphone), untuk mendapatkan aneka artikel yang menarik. Media Hallo.id dapat diakses melalui Google News. Terima kasih.
Kami juga melayani Jasa Siaran Pers atau publikasi press release di lebih dari 175an media, silahkan klik Persrilis.com
Sedangkan untuk publikasi press release serentak di media mainstream (media arus utama) atau Tier Pertama, silahkan klik Publikasi Media Mainstream.
Indonesia Media Circle (IMC) juga melayani kebutuhan untuk bulk order publications (ribuan link publikasi press release) untuk manajemen reputasi: kampanye, pemulihan nama baik, atau kepentingan lainnya.
Untuk informasi, dapat menghubungi WhatsApp Center Pusat Siaran Pers Indonesia (PSPI): 085315557788, 087815557788.
Dapatkan beragam berita dan informasi terkini dari berbagai portal berita melalui saluran WhatsApp Sapulangit Media Center














